1. Apakah kamu sedang jatuh cinta?Pertanyaannya menggelitik ya? Pilihan jawaban disetiap pertanyaan itu ternyata lebih nyeleneh.haha. Setiap jawaban mempunyai nilainya masing-masing. Jika jumlahnya >30 berarti sedang galau berat, 20-29 berarti galau medium, 10-19 berarti galau ringan, dan jika kurang dari 10 berarti negatif galau. Ingin tahu jumlah jawaban saya? No. (Nanti ketahuan kalau lagi galau #eh.haha)
2. Apakah kamu pernah stalking seseorang yang kamu suka, baik di facebook, twitter, atau berbagai jejaring sosial lainnya?
3. Apa saja gejala galau yang pernah kamu alami?
4. Kapan kamu akan merencanakan menikah?
5. Apakah kamu pernah susah tidur, susah makan, bahkan menangis karena perasaan, karena seseorang?
6. Bagaimana kamu berharap kisah cintamu kelak?
7. Berapa lama kalian bersedia menunggu seseorang? Berapa lama bisa menyimpan perasaan?
Sebenarnya, bolehkah kita jatuh cinta? Bang Tere menjawab dengan mantap, tentu boleh. Cinta itu adalah hal yang alami. Tanpa cinta, seorang ibu tak akan mau berjuang menantang maut untuk melahirkan anaknya. Tanpa cinta, seorang ayah tak akan mau bekerja keras demi keluarganya. Tapi ada satu jenis cinta yang sering diperbincankan dan selalu jadi topik spesial di kalangan anak muda, yaitu cinta dengan lawan jenis.
Ya, jika seseorang sedang jatuh cinta, lantas kenapa? So what?
Jawaban standarnya adalah, saya ingin dia tahu kalau saya menyukainya. Lalu, saat “dia” sudah tau cintamu, so what? Memangnya kalau “dia” tau kamu menyukainya, lantas kenapa? Jika seseorang tau jawaban dari so what ini, maka sudah jelas, menikah adalah jawabannya. Dan tentunya, tak ada hal yang perlu diperbincangkan lagi. Tapi pasalnya, pertanyaan ini sulit dijawab oleh remaja kebanyakan–yang mengaku sedang galau terkena virus merah jambu. Jika tidak tahu tentang jawabannya, maka yang harus dipelajari adalah bagaimana mengendalikan rasa cinta? Bang Tere Liye memberikan 5 wisdoms dalam mengendalikan cinta.
Yang pertama adalah kekuatan “tidak bilang”. Komitmen untuk menyimpan perasaan bisa menjadi energi yang luar biasa dalam memperbaiki diri. Ingat janji Allah dalam Qur’an? Bahwa “Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula (QS. 24:26). Seseorang yang memahami janji Allah ini, tidak akan memaksakan taqdir dengan mengungkapkan perasaannya saat memang belum siap menikah. Yang dia lakukan, adalah terus memperbaiki dirinya sendiri agar nantinya pantas mendapatkan seseorang yang baik pula.
Cerita seorang atlet. Pernah mendengar tentang Usain Bolt? Dia adalah seorang pelari dari Jamaika yang berhasil memecahkan rekor berkali-kali. Uniknya, dia memecahkan rekor yang sebelumnya dia buat sendiri. Saat ditanya tentang tipsnya, dia berkata bahwa dia menjadikan dirinya sendiri sebagai kompetitor terbesarnya. Luar biasa! Jika yang menjadi tantangan adalah orang lain, boleh jadi kita akan mudah cepat puas. Tapi jika yang menjadi target adalah diri kita sendiri, maka kita akan berusaha untuk lebih baik lagi, lagi, dan lagi. Begitulah, maka tantanglah dirimu sendiri untuk lebih baik daripada dirimu sebelumnya. Bukankah orang yang sama baiknya dari hari kemarin, adalah orang yang merugi?
Hakikat menunggu. Banyak yang bilang, bukankah jodoh itu harus dikejar? Bang Tere Liye beranggapan bahwa cara terbaik menjemput jodoh adalah dengan menunggu. Tapi banyak yang salah kaprah tentang hakikat menunggu ini dan mengartikannya dengan menunggu pasif. Tentu tidak. Hakikat menunggu adalah terus mengisi masa penantian ini dengan hal yang positif dan upaya memperbaiki diri. Masih ingat dengan ayat tadi kan? Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik pula.
Hakikat berharap. Manusia adalah makhluk yang lemah dan pengetahuannya sangat terbatas. Tapi sayangnya, banyak manusia yang sombong dan yakin seyakin-yakinnya bahwa seseorang itu adalah jodoh terbaiknya. Nah, ayat Qur’an berkata, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu” (QS. 2: 216). Yang terpenting adalah proses, bukan semata hasil. Sambil menunggu, tetaplah berharap yang terbaik, pada Yang Maha Memberi Harapan.
Wisdom pergi. Kebanyakan cinta cowok itu kecil tapi boleh jadi jatuh cinta berkali-kali, sedangkan cinta cewek itu besar dan jarang terjadi. Oleh karenanya, perasaan itu butuh diuji. Peribahasa zaman dahulu berkata, “Kalau jodoh, cara terbaik mengujinya adalah dengan memberi tempat dan jarak.” Saat pergi, kita akan mengetahui apakah perasaan itu sejati atau bukan. Dengan memberi jarak dan waktu, kita akan mengetahui, apakah perasaan itu akan bertambah kuat atau malah semakin lama akan menghilang? Jika pada akhirnya memang “dia” bukanlah jodohmu, maka yakinlah “dia” bukanlah orang yang terbaik untukmu. Toh, kalaupun “dia” buan jodohmu, waktu menunggumu tidak akan sia-sia, karena sudah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
“Jika kita belum siap untuk serius, maka tutup pintunya rapat-rapat, gembok dengan rantai terbaik, lantas lemparkan anak kuncinya ke dalam lautan luas. Begitulah cara terbaik menjaga hati dari perasaan. Well, jangan cemas anak kuncinya tidak akan ketemu. Jika sudah tiba saatnya, jodoh yg baik akan membawa anak kuncinya, dan hei, pas sekali, sempurna sudah membuka pintu hati tersebut: (Tere-Liye)