Senin, 11 November 2013

Psikologi yang menyenangkan :)

Pernahkah Anda mengalami sebuah kebetulan yang menyenangkan?


Menurut Bandura, seorang psikolog sosial dari Stanford University, kejadian yang bersifat kebetulan lumrah dialami manusia. Ia bahkan melihat bahwa jalan kehidupan manusia dipenuhi oleh kebetulan, yang membantu manusia menulis cerita kehidupan mereka.  Menurut Bandura, ada dua jenis kejadian yang bersifat kebetulan dalam kehidupan kita.


Pertama, chance encounter. Yang satu ini ia bahas selengkapnya dalam artikel berjudul The Psychology of Chance Encounters and Life Paths . Dalam artikel tersebut, Bandura (1982) mendefinisikan chance encounters sebagai “unintended meeting of persons unfamiliar to each other“-pertemuan tidak terencena antar individu yang tidak saling mengenal. Beberapa pertemuan tersebut meninggalkan kesan yang “hanya sesaat”, beberapa kesan bertahan lama, dan ada juga yang memberikan perubahan berarti dalam hidup (turn-of-events). Pertemuan yang kesannya mendalam biasanya menyangkut pertemuan dengan orang-orang yang influential bagi kita. Pasangan hidup, guru yang inspirasional, atau bentuk significant others lainnya. Bandura kemudian menyebutkan adanya faktor penentu personal (mis. kemampuan kita menyesuaikan diri dan afeksi yang terbagi antar pribadi dalam pertemuan tersebut) dan sosial (mis. perpisahan fisik) yang mempengaruhi kesan yang tertinggal lewat pertemuan tersebut.


Fortuitous events, determinan kedua, merupakan “environmental experience that is unexpected or unintended“. Kalau chance encounters banyak bicara mengenai pertemuan tak terduga dengan orang-orang yang tidak kita kenal, maka fortuitous events mengajak kita melihat kejadian yang tak terduga dalam hidup kita. Di dunia psikologi, dikenal cerita tentang Eysenck sebagai contoh dari determinan yang kedua ini. Tokoh besar dalam psikologi kognitif itu rupanya mengenal psikologi lantaran ‘kebetulan’. Ia bermaksud memilih Matematika sebagai pilihan studinya di universitas, tapi ia tidak sengaja ‘salah’ memilih jurusan. Kebetulan, jurusan yang salah dipilihnya itu adalah psikologi. Ia malah kemudian menjadi salah satu nama besar di bidang psikologi kognitif maupun kepribadian.


Dalam keseharian pun, kita seringkali mengalami kejadian tak terduga, bukan? Karena hujan deras yang turun tiba-tiba, kita terpaksa menunda kepulangan dari kampus. Saat tengah menunggu, asyiknya mungkin bertemu seseorang yang awalnya tidak begitu kita sukai. Entah, mungkin karena dia selalu berkesan sombong. Tapi kali itu, dimulai dari obrolan basa-basi seputar kekesalan akan hujan, kita terlibat dalam obrolan yang menyenangkan. Siapa sangka makhluk yang awalnya menyebalkan itu kemudian menjadi seorang sahabat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar