PANDANGAN PSIKOANALISIS, BEHAVIORISTIK, DAN HUMANISTIK TENTANG MANUSIA
PSIKOANALISIS MEMANDANG MANUSIA
Psikoanalisis adalah sebuah teori dalam psikologi yang, bisa dibilang, paling terkenal meski pada kenyataannya, oleh sebagian orang, tidak sepenuhnya dapat dipahami. Namun harus diakui, bahwa teori ini sangat berpengaruh, bahkan di luar bidang psikologi. Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar.
Membicarakan tentang psikoanalisis tentu tidak
bisa dilepaskan dari seseorang yang telah mempopulerkannya, yaitu Sigmund Freud
(1856-1939), dan bisa dibilang mengabdikan hidupnya untuk mengembangkan teori
“canggih”nya ini. Menurut Nama Freud baru dikenal pertama
kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang
oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan
serangkaian kuliah di universitas Clark di Worcester, Massachusetts.
Ada beberapa poin penting yang menjadi inti
pembahasan dari teori ini sehingga mampu melahirkan konsep yang “unik” tentang
manusia. Poin penting itu adalah; kesadaran (consciousness) dan
ketidaksadaran (unconsciousness), struktur kepribadian, kecemasan (anxiety),
mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), dan tahap perkembangan psikoseksual (psychosexual stage).
A. Kesadaran (consciousness) dan
ketidaksadaran (unconsciousness)
Sebenarnya, Freud bukanlah orang
pertama yang menemukan ide tentang alam tidak sadar (unconsciousness),
tapi dialah yang membuat ide tersebut menjadi terkenal, dan harus diakui, bahwa
pemahaman tentang
kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar
dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema
kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji
langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya.
Menurutnya
juga, bahwa ketidaksadaran mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke
alam sadar, termasuk segala sesuatu yang memang asalnya alam bawah sadar,
seperti nafsu dan insting serta segala sesuatu yang termasuk keduanya.
Menurutnya juga, alam tak sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang
ada dalam diri manusia
Menurut Gerald Corey,
bukti klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari
hal-hal berikut, seperti: (1) mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan,
keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri, (2) salah ucap sesuatu; misalnya
nama yang sudah dikenal sebelumnya, (3) sugesti pasca hipnotik, (4) materi yang
berasal dari teknik asosiasi bebas, dan (5) materi yang berasal dari teknik
proyeksi, serta isi simbolik dari simptom psikotik.
Sementara itu, alam sadar adalah segala seuatu yang disadari pada saat
tertentu, penginderaan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, dan perasaan yang
dimiliki setiap orang. Kesadarann
itu merupakan
suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Hal ini
dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana
bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan.
Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori
yang tertekan akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran.
B. Struktur kepribadian
Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri
dari id, ego, dan superego. Id
adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana
sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan (pleasure principle), sexual and aggressive instinct, primary
process thinking. Selain itu system syaraf, sebagai id bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organism
menjadi daya-daya motivasional yang disebut dengan nafsu. Ego (tester of reality) adalah bagian kepribadian
yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk
menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur
dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Superego
adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari
sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh
dorongan ego.
Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia
tersebut adalah:
Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana
ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan
sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id sebenarnya
adalah tidak lain dari representasi psikis kebutuhan-kebutuhan biologis. Id tidak memiliki
organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. ada istilah libido,
yaitu energy total yang mengendalikan dorongan Id atau energy psikis dalam
bentuk yang paling mentah.
Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia
realitas yang ada di luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif”
yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya
persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super-
ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia
di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu
organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id
dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah
kerja ego. Tidak seperti Id, ego berfungsi
berdasarkan prinsip-prinsip realitas, artinya dia memenuhi kebutuhan organism
berdasarkan objek-objek yang sesuai dan dapat ditemukan dalam kenyataan.
Ketiga, Superego adalah yang memegang
keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu
benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak
sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral
masyarakat. Superego memiliki dua sisi; nurani (consciences)
yang merupakan internalisasi dari hukuman dan peringatan, dan ego ideal
yang berasal dari puji-pujian dan contoh-contoh positif.
Meurut
Freud, ego akan selalu berdiri di antara Id dan superego. Ketiganya selalu
berada dalam konflik yang dinamis. Maka, ketika terjadi konflik di antara
kekuatan-kekuatan tersebut untuk menguasai ego, maka sangat bisa dipahami kalau
ego merasa terjepit dan terancam, serta merasa seolah-olah akan lenyap digilas
kekuatan-kekuatan tersebut. Perasaan terancam dan terjepit ini disebut kecemasan (anxiety).
Sedangkan menurut Freud, kecemasan itu ada tiga:
kecemasan realita, neurotik dan moral. (1) kecemasan
realita/realistis adalah rasa takut akan
bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat
tergantung kepada ancaman nyata. Seperti, merasa takut ketika bertemu dengan
ular dan hewan berbisa lainnya, (2) kecemasan moral adalah rasa
takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup
berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan norma moral. Kecemasan ini terjadi ketika ada ancaman dari
dunia social superego yang telah diinternalisasikan ke dalam diri seseorang,
(3) kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan
keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat
mebuatnya terhukum. Kecemasan ini yang
paling menarik perhatian Freud, dan biasanya disebut dengan kecemasan biasa.
D. Mekanisme pertahanan diri (defense
mechanism)
Ego berusaha sekuat mungkin untuk
menjaga stabilitas hubungan dengan realitas, id, dan superego. Namun ketika
kecemasan begitu menguasai, ego harus mempertahankan diri. Maka, secara tidak
sadar ego akan bertahan dengan cara memblokir, menghilangkan, seluruh dorongan
atau dengan menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih bisa
diterima dan tidak terlalu mengancam. Cara seperti ini kemudian dikenal dengan
mekanisme mempertahankan diri atau defense mechanism.
Ada beberapa bentuk dari defense mechanism, antara lain;
(1) Represi. Ini merupakan sarana
pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan
mengancam keluar dari kesadaran. Anna Freud
menyebutnya dengan “melupakan yang memotivasi”. (2) Denial. Ini adalah cara mengacaukan
apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat seseorang dalam situasi traumatik. Jika dalam kondisi tertentu peristiwa ini
terlalu banyak untuk ditanggulangi, seseorang hanya perlu menolak mengalaminya.
Hal seperti ini bisa membahayakan, karena tidak ada yang bisa selamanya lari
dari kenyataan. (3) Reaction formation. Ini adalah menukar suatu
impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan melawannya dalam
kesadaran. Anna Freud menyebut ini dengan
“percaya pada hal yang sebaliknya”.
Selanjutnya, (4) Replacement,
merupakan suatu
cara untuk menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau impuls dengan
jalan menggeser dari objek yang mengancam ke “sasaran yang lebih aman”, (5) Rationalization, ini cara beberapa orang
menciptakan alasan yang “masuk akal” untuk menjelaskan disingkirnya ego yang
babak belur. (6) Fixation, (7) Regression,
yaitu berbalik
kembali kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami.
Kemudian, (8) Projection,
atau penggantian ke arah luar. Mekanisme ini merupakan kebalikan dari melawan
diri, meliputi kecenderungan untuk melihat hasrat yang tidak bisa diterima oleh
orang lain, (9) Introjections, yaitu mekanisme untuk
mengundang serta “menelaah” sistem nilai atau standar orang lain, (10) Sublimation, ini suatu cara untuk
mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial umumnya bisa
diterima, bahkan ada yang dikagumi.
Selain itu, masih ada banyak lagi
defense mechanism lainnya, yaitu; (11) identifikasi, (12) konpensasi, (13) penghapusan,
(14) Isolasi, (15) Melawan diri sendiri.
E. Tahap perkembangan psikoseksual (psychosexual
stage)
Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap
perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi
pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Artinya, ketika perkembangan yang seharusnya
terselesaikan tidak diperlakukan sebagaimana mestinya, maka hal itu akan
berdampak terhadap prilaku di masa yang akan datang. Bagi Freud, masalah
manusia adalah persoalan masa lalu. Untuk mengatasi problema yang dihadapai
manusia, maka seseorang harus mampu masuk kedalam dan menyingkap tabir-tabir
kehidupan yang menjadi pengalaman dalam hidupnya.
Menurut Freud, kepribadian seseorang terbentuk pada usia
sekitar 5-6 tahun, yaitu:
(1) tahap oral,
Kenikmatan diperoleh dari mulut, bibir, rongga mulut. Kalau tidak dipenuhi akan
mengakibatkan kecemasan dan frustrasi.
Kegiatan bayi
berpusat di sekitar mulut (menghisap, menggigit, mengunyah), dan merupakan pembentukan attachment dengan ibu. Bayi
merasakan cinta dan kebencian, sejalan dengan diberikan payudara ibunya atau
tidak.
Jika terlalu banyak atau
sangat kurang pada fase ini, akan termanifestasikan menjadi: Pesimis, Makan berlebihan, Merokok, Gigit kuku/jari, Cerewet, Sarkasme.
(2) tahap anal:
1-3 tahun, Kenikmatan terpusat di daerah anal (proses menahan dan melepas
feses). Toilet training dimulai
pada tahap ini. Kalau prosesnya terlalu
keras/disiplin akan
menyebabkan kecemasan sehingga anak bisa konstipasi,
anak jadi
berantakan, jorok, tidak bertanggungjawab
dan setelah dewasa
bisa termanifestasikan menjadi: kepala batu, kikir,
obsesif. Sementara kalau orang tua mendukung
atau mungkin member hadiah, anak akan menjadi suka memberi, kreatif.
(3) tahap palus: 3-6
tahun, Kenikmatan terpusat di daerah genital.
Zona genital anak
kecil sering dirangsang dengan mencuci, menggesek, memegang, dsb. Ada istilah yang
disebut dengan Oedipus complex : anak jatuh cinta pada orangtua berlawanan jenis yang terjadi karena ada kecemasan dan
ketakutan hukuman dengan orangtua sejenis (laki-laki), sementara sebaliknya dialami anak perempuan
dengan mengalami Electra complex.
(4) tahap laten:
6-12 tahun adalah fase relatif tenang, tidak
ada masalah seksualitas yang menonjol
dan anak lebih fokus
pada sekolah, interaksi sosial dan dengan teman-temannya.
(5) tahap genetal: 12-18
tahun, Dorongan seksual dibangkitkan kembali
dan mulai berkembang
ke arah seksual orang dewasa.
PSIKOLOGI PERILAKU (BEHAVIORISME) MEMANDANG
MANUSIA
Berlainan
dengan psikoanalisis yang menggambarkan bahwa secara tak disadari
dorongan nafsu-nafsu yang rendah banyak menentukan perilaku manusia, perilaku
menunjukkan bahwa upaya rekayasa dan kondisi lingkungan luar adalah hal yang
paling mempengaruhi dan menentukan kepribadian manusia. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa, psikologi perilaku menganggap manusia pada hakikatnya adalah
netral, baik-buruknya perilaku terpengaruh dari pengaruh situasi dan perlakuan
yang dialami. Asumsi-asumsi ini diperoleh melalui eksperimen-eksperimen dengan
hewan dengan tujuan untuk mengetahui pola dasar perilaku manusia dan proses
perubahannya. Usaha ilmiah itu dianggap sebagai reaksi terhadap psikoanalisis
yang wawasan-wawasannya terlalu dianggap hipotesis dan intuitif dengan
teori-teorinya yang konon kurang didukung oleh temuan-temuan riset empiris.
Psikologi
perilaku memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan
perilaku yang banyak diamalkan dalam kegiatan pendidikan, psikoterapi,
pembentukan kebiasaan, perubahan sikap, dan penertiban social melalui law of
enforcement, yakni:
a.
Classical
Conditioning (pembiasaan
klasik) yaitu rangsang (stimulus) netral akan menimbulkan pola reaksi
tertentu apabila rangsang itu sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain
yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut.
b.
Law of effect (hukum akibat)
yakni perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan pelaku cenderung
diulangi; sebaliknya perilaku yang menimbulkan akibat tidak memuaskan
atau merugikan cenderung dihentikan.
c.
Operant conditioning (pembiasaan
operan): suatu pola perilaku akan mantap apabila berhasil diperoleh hal-hal
yang diinginkan pelaku (penguat positif) atau mengakibatkan hilangnya hal-hal
yang tak diinginkan (penguat negatif). Di sisi lain suatu pola perilaku
tertentu akan menghilang apabila perilaku itu mengakibatkan dialaminya hal-hal
yang tidak menyenangkan (Hukuman), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang
menyenangkan pelaku (Penghapusan).
d.
Modeling (peneladanan):
perubahan perilaku dalam kehidupan sosial terjadi karena proses dan peneladanan
terhadap perilaku orang lain yang disenangi dan dikagumi.
Keempat asas
perubahan perilaku itu berkaitan langsung dengan proses belajar yang melibatkan
unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi (perasaan), konasi (kemauan),
dan aksi (tindakan) atau dengan kata lain meliputi unsur cipta, rasa,
karsa, dan karya.
Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga
disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar
pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme yang termasuk tindakan,
pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini
berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau
konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori
harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses
yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati
secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Aliran behaviorisme
memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks yang
bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan
kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat
baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas,
kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Kepribadian sehat behavioristik :
·
Manusia adalah makhluk perespon; lingkungan mengontrol
perilaku.
·
Manusia tidak memiliki sikap diri sendiri
·
Mementingkan faktor lingkungan
·
Menekankan pada faktor bagian
·
Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan
mempergunakan metode obyektif.
·
Sifatnya mekanis mementingkan masa lalu
Manusia diperlukan
sebagai mesin, layaknya alat pengatur panas yang mengatur semuanya. Aliran ini
menganggap manusia yang memberikan respons positif yang berasal dari luar.
Dalam aliran ini manusia dianggap tidak memiliki sikap diri sendiri. Dan
ciri-cirinya yaitu tersusun baik, teratur dan ditentukan sebelumnya, dengan
banyak spontanitas, kegembiraan hidup dan kreativitas.
Jadi, manusia dilihat
oleh para behavioris sebagai orang-orang yang memberikan respons secara pasif
terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia di anggap tidak memiliki diri
sendiri.
Prinsip dasar behaviorisme:
1.
Perilaku nyata
dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau
mental yang abstrak
2.
Aspek mental
dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk
sciene, harus dihindari.
3.
Penganjur
utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek
yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4.
Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para
behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya
pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt
behavior tetap terjadi.
5.
Aliran
behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6.
Banyak ahli
(a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode,
yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Behavioristik di
pengaruhi oleh stimulus-respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk
melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif dan penguatan negatif.
Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan
tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku
berkurang atau menghilang.
Terapi perilaku (behavior therapy) dan pengubahan perilaku
(behavior modification) atau pendekatan behavioristik dalam psikoterapi, adalah
salah satu dari beberapa “revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi,
khususnya psikoterapi. Pendekatan behavioristik yang dewasa ini banyak
depergunakan dalam rangka melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau
konseling dalam arti sempitnya, bersumber pada aliran behaviorisme. Aliran ini
pada mulanya tumbuh subur di Amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim,
yakni John Broadus Watson, suatu aliran yang menitik beratkan peranan
lingkungan, peranan dunia luar sebagai factor penting di mana seseorang
dipengaruhi, seseorang belajar.
Pada abad ke-17, dunia pengetahuan Filsafat ditandai oleh dua
kubu besar yakni kubu “empiricism” (physical science) dan kubu “naturalism”
(biological science). Pada akhir abad yang lalu, mempengaruhi lahirnya aliran
behaviorisme dengan pendekatan-pendekatannya yang kemudian menjadi terkenal
dengan terapi perilaku (behavior therapy) dan perubahan perilaku (behavior
modification).
Konsep Manusia
Dalam Behavioristik
Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak
pada dasarnya baik atau jahat. Para ahli yang melakukan pendekatan
behavioristik,memandang manusia sebagai pemberi respons (responder), sebagai
hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi.
·
Dustin & George (1977) yang dikutip oleh
George & Cristiani (1981), mengemikakan pandangan behavioristik terhadap
konsep manusia, yakni :
1. Manusia
di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau
yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang
mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis
perilaku.
2. Manusia
mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia
mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia
bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa
dipengaruhi orang lain.
·
Ivey, et al (1987) mengemukakan bahwa pernah
para pendukung pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang
mekanistik dan deterministik, dimana manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya
oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih. Namun pendekatan
behavioristik yang baru, menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan
melalui pemahaman terhadap dasar-dasar perilaku seseorang.
·
Corey (1991) mengemukakan bahwa pada terapi
perilaku, perilaku adalah hasil dari belajar. Kita semua adalah hasil dari
lingkungan sekaligus adalah pencipta lingkungan. Tidak ada dasar yang berlaku
umum bisa menjelaskan semua perilaku. Karena, setiap perilaku ada kaitanya
dengan sumber yang ada di lingkungan yang menyebabkan terjadinya sesuatu
perilaku tersebut.
·
Albert Bandura (1974, 1977, 1986) yang terkenal
sebagai tokoh teori sosial-belajar, menolak suatu konsep bahwa manusia adalah
pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik. Pengubahan
(modifikasi) perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar
jumlah respon akan lebih banyak
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt.
Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang
di AS, dan merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata
sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang
perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan
penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism.
Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang
masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses
mental.
Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah
pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya
Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner.
Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
Prinsip Dasar Behaviorisme
§ Perilaku nyata
dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau
mental yang abstrak
§ Aspek mental
dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk
sciene, harus dihindari.
§ Penganjur
utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah
satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
§ Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para
behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya
pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt
behavior tetap terjadi.
§ Aliran
behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
§ Banyak ahli
(a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode,
yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Tokoh-Tokoh
1. John Watson (1878-1958)
Setelah memperoleh
gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani), matematika, dan filsafat
di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University of Chicago. Minat awalnya
adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh Angell.
Akhirnya ia memutuskan menulis disertasi dalam bidang psikologi eksperimen dan
melakukan studi-studi dengan tikus percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan
disertasinya. Tahun 1908 ia pindah ke John Hopkins University dan menjadi
direktur lab psi di sana. Pada tahun 1912 ia menulis karya utamanya yang
dikenal sebagai ‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology as the
Behaviorists Views it”.
2. Clark L. Hull (1884-1952)
Hull menamatkan Ph.D
dalam bidang psikologi dari University of Wisconsin dan mengajar di sana selama
10 tahun, kemudian mendapat gelar professor dari Yale dan menetap di uni ini
hingga masa pensiunnya. Sepanjang karirnya, Hull mengembangkan ide di berbagai
bidang psikologi, terutama psikologi belajar, hipnotis, teknik sugesti. Metode
yang paling sering digunakan adalah eksperimental lab.
3. B.F. Skinner (1904-1980)
Prinsip-prinsip utama
pandangan Skinner:
Descriptive
behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada perilaku yang spesifik
untuk mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya induktif. Dalam hal ini pengaruh
Watson jelas terlihat
Empty organism, menolak adanya proses
internal pada individu.
Menolak menggunakan metode statistical, mendasarkan
pengetahuannya pada subyek tunggal atau subyek yang sedikit namun dengan
manipulasi eksperimental yang terkontrol dan sistematis.
4. Albert Bandura (1925 - ..)
Bandura lahir di
Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of Iowa dan kemudian mengajar di
Stanford Uni.
Sebagai seorang
behaviorist, Bandura menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon
lingkungan. Oleh karenya teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling.
Prinsipnya adalah
perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku,
koginitif dan lingkungan. Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling
sebagai sebuah proses belajar.
PSIKOLOGI HUMANISTIK MEMANDANG MANUSIA
Psikologi
humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu
pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang
memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah
ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli
psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan
tradisional behaviorisme dan psikoanalis. Keyakinan ini membawa kepada usaha
meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan, kreativitas, interaksi fisik,
mental dan jiwa, dan keperluan untuk menjadi lebih bebas. Situs yang sama
menyebutkan bahwa psikologi humanistik juga didefinisikan sebagai sebuah sistem
pemikiran yang berdasarkan kepada berbagai nilai, sifat, dan tindak tanduk yang
dipercayai terbaik bagi manusia.
Psikologi
humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu, psikologi humanistik
menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan
keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah
penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. Ketiga, ia menawarkan metode
yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam pelaksanaan
psikoterapi. Pokok persoalan dari psikologi humanistik adalah pengalaman
subjektif manusia, keunikannya yang membedakan dari hewan-hewan, sedangkan
area-area minat dan penelitian yang utama dari psikologi humanistik adalah
kepribadian yang normal dan sehat, motivasi, kreativitas, kemungkinan-kemungkinan
manusia untuk tumbuh dan bagaimana bisa mencapainya, serta nilai-nilai manusia
Dalam metode-metode studinya, psikologi humanistik menggunakan berbagai metode
mencakup wawancara, sejarah hidup, sastra, dan produk-produk kreatif lainnya.
Berlainan dengan
Psikoanalisis yang memandang buruk hakikat manusia, dan Psikologi Perilaku yang
memandang netral, Psikologi Humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya
memiliki potensi-potensi yang baik (minimal lebih banyak baiknya daripada
buruknya). Psikologi Humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah
kualitas-kualitas manusia, yaitu sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang
terpatri pada eksistensi manusia, seperti: kemampuan abstraksi, daya analisis
& sintesis, imajinasi, kreativitas, kebebasan berkehendak, tanggung jawab,
aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan pribadi, humor, sikap etis, dan
rasa estetika. Metode fenomenologi yang berusaha mengungkap pengalaman dan
penghayatan seseorang merupakan metode yang sering digunakan Psikologi
Humanistik dalam menelaah kualitas-kualitas manusia.
Psikologi
Humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas
kehidupan dirinya. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang
sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Manusia
adalah makhluk dengan julukan “the self
determining being” yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang
paling diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan itu yang dianggapnya paling
tepat.
Logoterapi,
sebuah corak pandangan psikologi yang sering dikelompokkan ke dalam Psikologi
Humanistik, menemukan adanya dimensi lain pada manusia disamping dimensi raga
(somatis) dan dimensi kejiwaan (psikis), yaitu dimensi noetic (atau sering juga disebut dimensi keruhanian (spiritual). Menurut Viktor Frankl, sang penemu
Logoterapi, pengertian ruhani di sini sama sekali tidak mengandung konotasi
agamis, tetapi dimensi ini dianggap sebagai inti kemanusiaan, merupakan sumber
makna hidup & potensi dari berbagai kemampuan & sifat luhur manusia yang
luar biasa yang sejauh ini terabaikan dari telaah psikologi sebelumnya.
Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga,
jiwa, & ruhani yang tidak terpisahkan. Selain itu Logoterapi menganggap
hasrat untuk hidup bermakna adalah motivasi utama manusia. Bila seseorang
berhasil memenuhinya, maka akan menjadikan hidupnya bermakna dan bahagia.
Begitupun sebaliknya, bila ia tidak berhasil memenuhi arti hidupnya, maka akan
menyebabkan hidupnya hampa (tidak bermakna).
Psikologi humanistik
berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi yang baik (minimal lebih
banyak baiknya dari pada buruknya). Manusia memiliki kualitas-kualitas insani
yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, seperti kemampuan abstraksi, imajinasi,
kreativitas, aktualisasi diri, dan lain-lain. Manusia dipandang sebagai makhluk
yang otoritas atas kehidupannya sendiri. Artinya, manusia adalah makhluk yang
sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan hampir segalanya. Oleh
karena itu, manusia disebut sebagai the self determining being. Meode
fenomenologis merupakan metode yang dipakai oleh tokoh humanistik untuk
menelaah kualitas-kualitas insani.
George. A.Kelly
menyatakan beberapa gagasannya tentang pandangan terhadap manusia, yaitu
·
The
person’s construct
Personal
construct adalah cara seseorang memandang pengalamannya sendiri. Kelly
menggambarkan manusia sebagai makhluk aktif yang bisa mengubah kehidupannya.
·
People a scientists
Manusia
dapat menilai dan membuat hipotesis atas dirinya sendiri
·
Constructive
alternativism : many ways to see
Manusia
memiliki banyak sudut padang dalam suatu masalah
·
Roles:
many ways to be
Manusia
memiliki banyak peran dalam hidupnya
·
Self-determinism
Manusia
ialah bergantung pada apa yang ia perbuat pada dirinya
To the humanist every man is a scientist by
disposition as well as by right, every subject ia an incipient experimenter,
and every person is by daily necessity a fellow psychologist (G.A.Kelly, 1966,
in B.A.Maher, 1979, p.205)
Carl Rogers juga
mengemukakan bahwa kecenderungan manusia ialah mengaktualisasikan dirinya.
Manusia dipandang memiliki banyak keunikan dan realitas pengalaman subjektif
yang beragam. Sedangkan Maslow memandang aktualisasi diri sebagai kebutuhan
dasar manusia.
Psikologi
humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi-potensi yang
baik, minimal lebih banyak baiknya daripada buruknya. Psikologi humanistic
memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat
dan kemampuan khusus manusia yang terpatri pada eksistensi manusia, seperti
kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajijnasi, kreativitas,
kebebasan berkehendak, tanggungjawab, aktualisasi diri, makna hidup,
pengembangan pribadi, humor, sikap etis dan rasa estetika. Selain itu psikologi
humanistic memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas
kehidupan dirinya sendiri. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk
yang sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Ia
adalah makhluk dengan julukan the self determining being yang mampu
sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang
paling diinginkannya dan cara-cara mancapai tujuan itu yang dianggapnya paling
tepat.
Logoterapi,
sebuah corak pandangan psikologi yang sering dikelompokkan ke dalam psikologi humanistic,
menemukan adanya dimensi lain pada manusia di samping dimensi raga (somatis)
dan diimensi kejiwaan (psikis) yaitu, dimensi oetik atau sering juga disebut
dimensi spiritual. Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai
kesatuan raga jiwa ruhani yang tak terpisahkan. Selain itu logoterapi
menganggap hasrat untuk hidup bermakna adalah motivasi utama manusia . dan bila
seseorang berhsil memenuhinya akan menjadikan hidupnya bermkna dan bahagia.
Sebaliknya jika ia tak berhasil memenuhi arti hidupnya hampa tak bermakna.
Prinsip utama
- Memahami manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
- Metode yang digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual.
- Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia
- Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia mengekspresikan diri dan potensinya.
- Pandangan humanisti banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman diri.
Carl
Rogers; Self Theory
Rogers mengembangkan teori tentang diri dan
kondisi-kondisi yang memungkinkan pemenuhan dan pertumbuhan optimal. Teori
Rogers tentang Self menekankan pada
pengalaman subyektif individu yang unik. Menurutnya, setiap individu secara
potensi adalah pakar terbaik bagi dirinya dan yang paling mengetahui dirinya
sendiri. Rogers memandang perilaku
sebagai upaya untuk mencapai tujuan guna memuaskan kebutuhan, yang dirasakan
sebagai pengalaman.
Self / diri / konsep diri adalah persepsi-persepsi
tentang sifat dari diri subyek dengan orang lain dan dengan berbagai aspek
kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi tersebut. Konsep diri
mempengaruhi perilaku à kuat / lemahnya seseorang terhadap penafsiran
tentang dirinya akan mempengaruhi bagaimana ia mempersepsikan orang lain. Dalam
Self Theory, individu membutuhkan hal
yang positif. Kebutuhan ini berkembang sebagai kesadaran diri yang muncul dan
membimbing seseorang untuk menerima dan mencintai orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar