Penjelasan yang didapatkan dari pihak kampus melalui Kepala Jurusan (Kajur) Planologi, Ibnu Sasongko, menuturkan, kegiatan KBD (Kemah Bakti Desa) dan Temu Akrab sudah menjadi tradisi mahasiswa baru ITN, jurusan Planologi.
Adapun kematian mahasiswa baru tersebut dianggap sebagai musibah yang bisa terjadi pada siapapun. Lanjutnya, penuturan yang didapatkan dari panitia, korban saat kegiatan berlangsung banyak mendapatkan perlakuan khusus, dikarenakan postur tubuhnya yang gemuk sehingga dikhawatirkan akan mudah terkena dehidrasi.
“Adapun kematian mahasiswa baru tersebut dianggap sebagai musibah yang bisa terjadi pada siapapun,” ujar Ibnu Sasongko.“Seperti pada waktu acara pembersihan pantai dan naik bukit, korban mendapatkan perlakuan khusus dengan naik sepeda motor menuju lokasi dan tiba-tiba saat sampai, korban sudah tidak sadarkan diri sambil mendengkur (ngorok, red). Akhirnya oleh pihak panitia dibawa ke pos terdekat hingga dibawa ke RSU Saiful Anwar Malang. Namun nyawanya sudah tidak tertolong lagi,” tutup Ibnu Sasongko.
Sedangkan hasil investigasi tim dilapangan yang mewawancarai narasumber (teman korban, red) mendapatkan cerita yang bertolak belakang dengan yang disampaikan pihak kampus ITN. Menurut cerita yang dipaparkan oleh teman korban, kegiatan KBD (Kemah Bakti Desa) tersebut tidaklah manusiawi, seperti pemberian air mineral yang hanya dua botol kepada seluruh mahasiswa baru yang berjumlah 114 orang.
“Jangankan Alm. Fikri yang tidak akan mengalami dehidrasi. Kami pun banyak yang menahan haus, karena satu orang hanya bisa meneguk satu sendok air mineral. Dan pada hari Jumat malamnya (11/10/13), pada saat acara ‘take me out’, terjadi skenario kekerasan terencana yang dilakukan oleh Fendem (senior keamanan). Alm. Fikri disuruh menyampaikan ungkapan keinginannya atas perlakuan Fendem kepada temen-temannya. Alm. Fikri berkata, Saya akan melindungi kalian teman-teman, dari kekerasan Fendem,” cerita narasumber yang tidak mau disebutkan namanya.
Dia pun menambahkan, hal tersebut dikarenakan sebelumnya korban melihat perlakuan Fendem yang tidak manusiawi, seperti menyuruh peserta ospek menggunakan sebuah pisang untuk menggosok gigi secara bergilir. Dan bagi peserta yang terakhir, harus memakan pisang tersebut yang ternyata jatuh pada korban. Lebih gilanya lagi, pada jam dua dini hari, peserta ospek dibangunkan secara paksa sambil ditendang dan diinjak. Bahkan, mahasiswa baru putri mengalami pelecehan seksual. Mereka disuruh membentuk singkong yang menyerupai alat kelamin laki-laki, dan lalu dipaksa mengelus-ngelusnya seperti melakukan oral seks.
Pernyataan korban yang akan menyelamatkan teman-temannya dari kekerasan Fendem tersebutlah yang membuat dirinya disiksa habisan-habisan. “Alm. Fikri dibawa kebalik tenda, dan lalu disiksa oleh Fendem. Sedangkan kami hanya mendengar erangan kesakitan dari Almarhum. Kalau kau mau mati, mati aja kau. Biar dikubur disini, ” ucap narasumber, menirukan percakapan salah seorang anggota Fendem yang membentak korban.
“Kalau kau mau mati, mati aja kau. Biar dikubur disini, ” ucap narasumber, menirukan percakapan salah seorang anggota Fendem yang membentak korban.Fikri meninggal akibat kehabisan nafas (dehidrasi, red) setelah melakukan perataan lahan di penanaman mangrove disekitar lokasi, saat perjalanan menaiki bukit. Namun, pihak panita justru menganggapnya hanya berpura-pura. Yang pada akhirnya, Fikri pun pingsan tidak sadarkan diri. Sehingga pihak panitia pun bergegas membawanya ke pos kesehatan terdekat. Namus naas, Fikri yang akan dirujuk ke Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, meninggal dalam perjalanan.
Kasus ini pun bak seperti ditelan bumi. Dikarenakan tidak adanya proses hukum yang dilakukan untuk menjerat para pelaku ke “Meja Hijau”. Padahal, tindakan kekerasan secara fisik sudah masuk ke ranah pidana. Apalagi, sampai membuat korbannya meninggal dunia. Ironisnya, pihak ITN Malang seakan tidak ingin disalahkan dan terkesan menutup-nutupi kasus ini dari kejadian yang sebenarnya. Naas bagi (Alm) Fikri, sikap kepahlawanannya yang ingin menyelamatkan teman-temannya dari aksi kekerasan mahasiswa senior, harus membuatnya meregang nyawa ditangan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. [RioC/AM/Kompasiana]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar